Dalam suasana penuh kedamaian dan keharmonisan, umat Hindu di seluruh Bali kembali merayakan Rahina Galungan lan Kuningan. Galungan dan Kuningan merupakan rangkaian hari suci yang sarat makna, sebagai simbol kemenangan Dharma (kebaikan) melawan Adharma (kejahatan), sekaligus menjadi momentum bagi umat untuk memperkuat sraddha dan bhakti kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa.
Sepuluh hari setelah Galungan, umat kembali melaksanakan perayaan Kuningan sebagai penutup rangkaian suci. Pada hari ini, umat Hindu meyakini turunnya kekuatan para Dewa dan leluhur ke dunia untuk memberikan anugerah, sinar suci, serta tuntunan. Persembahyangan Kuningan dilakukan dengan sesajen khusus seperti tebog, endongan, dan kutus, yang menjadi simbol rasa syukur dan permohonan keselamatan.
Momentum Galungan dan Kuningan bukan sekadar ritual keagamaan, melainkan juga ajakan untuk mempererat hubungan antarsesama, meningkatkan toleransi, serta menjaga keharmonisan dalam kehidupan bermasyarakat. Nilai-nilai Tri Hita Karana menjadi landasan untuk terus menjaga keseimbangan hubungan manusia dengan Tuhan, sesama manusia, dan lingkungan.
Melalui perayaan suci ini, semoga seluruh umat senantiasa diberikan kedamaian, kerahayuan, dan kebahagiaan. Mari bersama-sama memaknai kemenangan Dharma dengan terus berbuat baik, menjaga hati tetap suci, dan memperkuat rasa syukur.
Rahajeng Nyanggra Rahina Galungan lan Kuningan. Mugi rahayu, mugi rahajeng, sareng sami rahayu.